Kopi luwak adalah minuman yang berasal dari biji kopi yang dipanen dari feses luwak liar yang dibersihkan. Minuman ini memiliki rasa yang lebih halus dari kopi pada umumnya, diduga hal ini disebabkan oleh proses fermentasi dalam perut luwak. Kopi luwak Indonesia adalah salah satu minuman mewah yang diekspor dengan harga yang sangat tinggi.
Kopi luwak adalah salah satu kopi termahal di dunia karena minuman ini memiliki nilai eksotis dan ketersediaanya sangat langka. Kopi luwak Indonesia laku keras dan sangat digemari di lingkungan pecinta kopi karena dianggap memiliki rasa yang smooth dan ramah di lambung.
Tidak semua orang dapat mengapresiasi minuman ini karena banyak yang merasa jijik dengan bahan dasarnya yang berasal dari kotoran hewan luwak. Karena itu, minuman ini juga mendapat julukan buruk di berbagai negara. Istilah yang paling banyak digunakan oleh media US adalah ‘cat poop coffee‘.
Berbagai isu miring menyerang produk minuman khas Indonesia ini. Meski begitu, industri kopi luwak indonesia seolah tak terusik dan tetap laku di pasaran dengan harga tinggi.
Bagaimana sebetulnya proses produksi kopi luwak? Mengapa hingga saat ini masih mahal? Simak terus artikel ini untuk mengetahui seluk beluk kopi termahal di dunia.
Mengapa Kopi Luwak Mahal?
Ada tiga faktor utama yang membuat kopi luwak Indonesia lebih mahal dari kopi pada umumnya. Ketiga faktor itu adalah proses produksi yang panjang, jumlah panen yang tidak sebesar biji kopi biasa, dan rasa kopi yang tidak pekat.
Awalnya, minuman ini ditemukan saat pemerintah kolonial Belanda menerapkan tanam paksa kopi. Masyarakat yang penasaran dengan rasa kopi menemukan biji yang masih utuh dalam kotoran seekor hewan mirip musang. Mereka mengolah biji dari kotoran tersebut, memanggang, lalu menyeduhnya.
Kenikmatan minuman ini terdengar oleh pemerintah Belanda. Mereka kemudian mengumpulkan dan menjual kopi luwak Indonesia dengan sangat mahal.
Proses dimulai ketika tanaman kopi memasuki masa panen. Buah yang siap dipanen akan mulai berubah warna menjadi kemerahan. Luwak memiliki kebiasaan dan kemampuan untuk memilih buah kopi dengan kualitas yang terbaik, sehingga hewan ini akan memakan buah dengan biji yang bagus.
Buah yang dimakan akan dicerna oleh hewan ini, anehnya pencernaan hewan ini tidak dapat menghancurkan lapisan kopinya, hanya daging buah dan kulit ari saja. Dalam pencernaan hewan mirip kucing ini, biji akan mengalami proses fermentasi.
Kotoran atau feses dari luwak ini nantinya akan dikumpulkan untuk dibersihkan. Tidak main-main, proses pencucian bisa berlangsung hingga 5-7 kali. Proses pencucian juga dilakukan di air yang mengalir untuk menjaga kebersihannya.
Setelah bersih, proses berikutnya adalah roasting atau pemanggangan. Proses pemanggangan hanya hingga tingkat medium roast. Alasannya adalah untuk mempertahankan karakter rasa yang unik.
Biji yang sudah dipanggang selanjutnya dikemas dalam bentuk utuh (whole beans) maupun bubuk untuk dijual. Beberapa daerah penangkaran bahkan membuka cafe kopi luwak sehingga pengunjung dapat menikmati kopi termahal ini segera setelah dipanggang.
Harga kopi luwak Indonesia liar di pasaran mencapai lebih dari Rp 1.000.000,00 per kg. Secangkir kopi luwak di jakarta misalnya, harganya sekitar Rp 70.000,00 per cangkir. Di luar negeri, harga secangkir minuman ini sekitar 35 USD. Jika bentuk biji atau bubuk harganya 100 hingga 600 USD per 450 gram.
Baca juga: Perjalanan dan Proses Pengolahan Kopi sampai Siap Diseduh
Perbedaan Kopi Luwak dan Biasa
Kopi Luwak melalui alur proses yang lebih panjang sebelum sampai ke cangkir Anda. Karena prosesnya yang berbeda, rasa dan kandungan dalam kopi termahal di dunia ini tentunya tidak akan sama dengan kopi biasa.
1. Rasa
Sekilas dari tampilan, tidak ada yang berbeda dengan minuman ini, warna yang dihasilkan sama dengan kopi biasanya, hitam kecoklatan. Namun, jika sudah bicara mengenai aroma dan rasa tentu tidaklah sama.
Rasa kopi luwak sangat halus, tidak ada rasa getir, dan ada sedikit asam buah yang menyegarkan. Rasa akhir atau aftertaste dari kopi termahal ini sangat clean, tidak meninggalkan getir.
Kopi luwak Indonesia hampir selalu memiliki rasa fruity yang unik. Padahal, biji kopi tiap daerah memiliki karakter rasa yang berbeda-beda. Proses fermentasi alami di perut luwak inilah yang memunculkan rasa fruity yang kuat saat sudah diseduh.
Aroma minuman mewah ini lebih harum dan lebih kuat. Tidak ada sedikit pun jejak bau feses hewan atau bau yang tidak sedap lainnya.
2. Kandungan zat
Menurut hasil penelitian Universitas Hasanuddin, tidak ada perbedaan dari jenis zat yang terkandung pada kopi luwak dengan kopi biasa. Namun, terdapat perbedaan pada kadar zat yang terkandung di dalamnya:
- Presentase kadar kafein kopi luwak robusta 1,77% dan luwak arabika 1,74%, sedangkan pada kopi robusta biasa 1,91% dan arabika biasa 1,85%.
- Presentase protein terkandung dalam kopi luwak robusta 16,23% dan luwak arabika 14,84%, sedangkan pada kopi robusta biasa 18,34% dan arabika biasa 16,72%.
- Kadar lemak pada kopi luwak robusta 18,45% dan luwak arabika 19,76%, sedangkan pada kopi robusta biasa 16,41% dan arabika biasa 17,37%.
Secara singkat, kadar kafein dan protein pada biji kopi luwak sedikit lebih rendah dari kopi biasa. Sedangkan, kadar lemak pada kopi termahal ini sedikit lebih tinggi dibanding dengan kopi pada umumnya. Kedua hasil ini berlaku pada biji arabika dan robusta, di mana biji arabika lebih rendah kafein dari robusta.
Baca juga: Manfaat Kopi Hitam & Hijau Bagi Kesehatan dan Kecantikan
Mengenal Hewan Luwak
Luwak (Paradoxurus hermaphroditus), adalah hewan mamalia kecil yang masih dalam keluarga musang (viverridae). Binatang ini tergolong kecil dengan panjang sekitar 50 – 90 cm dari kepala hingga ekor. Bulunya sebagian besar berwarna abu abu gelap, putih di area wajah, dan warna hitam di ujung ekor, bawah mata, telinga, dan kaki.
Panggilan ‘luwak’ berasal dari penyebutan oleh orang Jawa. Secara lebih luas binatang ini lebih dikenal di dunia sebagai Asian palm civet. Hewan ini tersebar di daerah bagian selatan Asia seperti India, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Malaysia, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Filipina.
Habitat asli civet adalah di hutan, karena mereka biasanya tinggal di batang pohon yang tinggi. Namun, sering juga mereka pergi ke dataran yang lebih rendah dan area perkebunan untuk mencari makan. Hewan ini aktif mencari makan pada malam hari atau nocturnal.
Civet termasuk hewan penyendiri, di alam liar mereka akan menandai daerah mereka. Jadi jika ada manusia atau hewan lain yang datang mereka dapat langsung lari atau bersembunyi. Itulah alasan mengapa sangat sulit menemukan musang ini.
Civet adalah binatang omnivora. Makanan utamanya adalah buah-buahan seperti pepaya, rambutan, mangga, dan pisang. Makanan lainnya adalah hewan kecil dan serangga, misalnya tikus, anak burung, dan kumbang.
Mamalia kecil ini memegang peran penting dalam proses produksi kopi termahal di dunia. Sayangnya, sulit menemukan dan mengatur binatang yang liar untuk memakan kopi, karena bagi musang ini kopi hanya sebagai cemilan. Banyak produsen akhirnya memutuskan untuk membuat penangkaran untuk memudahkan proses produksi.
Baca juga: Daerah Penghasil Kopi Indonesia yang Mendunia
Perbedaan Rasa Kopi Luwak Liar vs Penangkaran
Biji kopi luwak liar berwarna coklat muda kekuningan, sedangkan biji hasil penangkaran berwarna coklat muda pucat. Secara visual, perbedaan itu tidak akan tampak apabila biji sudah dipanggang karena warnanya sudah berubah kecoklatan. Namun saat masih berbentuk green bean, Anda dapat melihat perbedaan pada warna bijinya.
Dari segi rasa, kopi luwak liar terasa lebih halus namun memiliki body yang lebih tebal daripada hasil penangkaran. Bahkan beberapa orang merasa kopi luwak hasil dari penangkaran membuatnya mual.
Perbedaan antara keduanya disebabkan oleh pola makan yang berbeda. Di alam liar, musang ini memakan buah kopinya sebagai cemilan, bukan sebagai makanan utama. Sedangkan di penangkaran, buah kopi menjadi makanan yang selalu diberikan kepada hewan ini.
Faktor berikutnya adalah perbedaan kualitas buah yang dimakan oleh hewan ini. Hewan nocturnal ini memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk hanya memakan kopi yang matang dan berkualitas baik langsung dari pohonnya. Di penangkaran, makanan mereka disiapkan oleh manusia.
Daerah Penghasil Kopi Luwak Indonesia
Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filipina adalah negara-negara penghasil kopi termahal di dunia. Namun dalam industri kopi luwak, Indonesia adalah negara yang paling besar, baik produksi maupun ekspor.
Industri kopi luwak Indonesia berkembang besar di Sumatera, Bali, Jawa, dan Sulawesi. Biasanya penangkaran juga berada di area perkebunan penghasil kopi, jadi lebih mudah untuk menyediakan ceri kopinya.
Daerah penghasil kopi luwak Indonesia adalah:
- Gayo, Aceh
- Sidikalang, Sumatera Utara
- Pagar Alam, Sumatera Selatan
- Lampung
- Garut, Jawa Barat
- Toraja, Sulawesi Selatan
- Kintamani, Bali
Tidak lagi sebagai industri penghasil biji saja, sekarang banyak penangkaran kopi luwak yang terbuka untuk wisatawan. Lokasinya terletak di daerah yang sering menjadi destinasi wisatawan lokal maupun mancanegara. Beberapa yang cukup terkenal berlokasi di Bali dan Bandung.
Baca juga: Karakter dan Rasa Kopi Aceh Gayo yang Mendunia
Kopi Luwak dan Isu Penganiayaan Hewan
Sayangnya, perkembangan pesat industri kopi luwak Indonesia harus menghadapi penolakan dari aktivis lingkungan. Penangkaran bagi hewan mamalia ini dianggap sebagai bentuk animal abuse atau penganiayaan terhadap hewan.
Di Indonesia, penangkaran dan industri kopi termahal ini diatur dalam Permentan 37 Tahun 2015. Peternakan dan penangkaran justru sangat didukung karena di alam liar dan perkebunan bukan kopi binatang keluarga musang ini dianggap hama.
Penolakan para pecinta hewan terhadap penangkaran hewan ini bukanlah tanpa sebab. Beragam kampanye yang telah dilakukan oleh pecinta hewan memiliki beberapa alasan, di antaranya:
1. Kondisi Kandang Buruk
Banyak penangkaran menempatkan luwak dalam sebuah kandang kecil tanpa tempat untuk memanjat. Padahal, hewan ini memiliki naluri dan kebiasaan memanjat pohon yang tinggi. Berada di lingkungan yang kecil seperti itu dapat membuatnya sedih dan stres.
Yang mengecewakan, beberapa produsen bahkan tidak mau repot menjaga kebersihan dari kandang hewan ini. Kandang yang kotor membuat musang ini lebih mudah terserang penyakit. Apalagi jika model sangkarnya saling berdekatan, penyakit dapat dengan cepat menular.
2. Tanpa Variasi Makanan
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, civet membutuhkan protein dan vitamin yang didapat dari daging, serangga, dan buah-buahan lain. Produsen yang baik memberikan menu makanan yang bervariasi dari pagi hingga malam. Hewan ini hanya diberi buah kopi satu kali sehari dan jumlahnya pun sedikit.
Namun untuk mengejar keuntungan, produsen yang buruk akan memberikan buah kopi tanpa memberi variasi makanan lain kepada hewan ini. Luwak milik produsen yang buruk hanya akan memakan buah yang bagus pada awalnya. Ketika buah yang bagus sudah habis dan mereka merasa lapar, tidak memiliki pilihan lain selain memakan buah yang buruk.
Kebutuhan nutrisi yang tidak diperhatikan dengan baik dapat membuat mamalia ini mengalami kekurangan gizi.
Baca juga: Mengenal Varietas Kopi yang Populer di Dunia
3. Tingkat Stres Tinggi
Luwak yang tinggal di penangkaran yang buruk biasanya akan merasakan stres. Mereka akan menggigiti sangkarnya, berteriak-teriak, mondar-mandir di sangkar, bahkan melukai diri sendiri. Jika terus menerus diabaikan pada akhirnya hewan ini akan sakit dan mati.
Indikasi hewan ini saat sakit dapat dilihat dari fesesnya. Jika feses berwarna coklat terang dan gelap maka itu artinya tidak ada masalah. Jika ada bercak merah atau bahkan ada darah yang tercampur, itu tanda hewan ini sakit.
Penangkaran yang buruk tidak akan mau repot mengobati dan merawat hewan yang sakit. Mereka lebih memilih untuk melepasnya atau membiarkannya mati, kemudian mencari penggantinya karena lebih mudah dan murah.
Apakah Kopi Luwak Halal?
Perdebatan tentang halal atau haram adalah yang sering muncul di kalangan penikmat kopi yang beragama Islam. Faktor utama yang menjadi perdebatan adalah asal usul dari bahannya. Minuman ini diproses dari feses hewan, feses memiliki unsur najis atau kotor.
Majelis Ulama Indonesia, dengan fatwa nomor 7 tahun 2010, sepakat bahwa minuman dari pencernaan hewan ini termasuk halal. Penetapan fatwa ini dilakukan setelah pertimbangan dari beberapa sumber termasuk Al Quran, Hadist, ilmu fikh, dan penelitian ilmiah.
Alasan pertama, karena setelah keluar dari pencernaan luwak, biji masih terbungkus kulit tanduk dan dapat tumbuh kembali jika ditanam. Pencernaan hewan ini sangat singkat, sehingga biji buah-buahan tidak dapat hancur di dalam perutnya.
Alasan kedua, kopi luwak termasuk kedalam kategori muttanajjis (barang terkena najis) dan bukan najis. Sehingga, setelah disucikan dan bebas dari kotoran, benda tersebut kembali ke hakikatnya yaitu halal.
Baca juga: 10 Negara Penghasil Kopi Terbesar di Dunia
Masih Tertarik Mencoba Kopi Termahal di Dunia?
Kopi luwak Indonesia adalah kopi termahal yang ada di pasaran. Banyak yang setuju jika minuman yang berasal dari feses hewan ini lebih enak daripada kopi biasa. Ditambah lagi rasanya lebih halus dan lebih ramah di lambung karena kafein yang lebih rendah.
Karena kelebihan tersebut, tak ada salahnya bila Anda mencoba minuman ini. Namun predikat termahal belum tentu menjadikannya kopi yang paling enak. Ada banyak produk kopi yang nikmat dan tidak kalah dengan kopi hasil pencernaan hewan mirip musang ini.
Beberapa orang lebih memilih dan menyukai rasa kopi biasa karena dianggap lebih kuat dan pekat. Mereka merasa kopi luwak Indonesia tidak pantas dihargai hingga dua kali lipat dari kopi biasa.
Jadi bagaimana? Apakah Anda masih berminat untuk mencoba minuman mewah yang satu ini?